Medan Pagoda Tahan Gempa

No Comments
Ketika peristiwa gempa bumi mengguncang jepang, pagoda- pagoda yang berdiri di sana tetap berdiri tegar, tanpa mengalami kerusakan yang berarti. Hal ini, sebagaimana ditulis oleh Veda Atsushi dalam majalah Nipponia. Jepang, memang merupakan negara yang mengalami banyak gempa bumi serius. Tetapi, tidak ada catatan ihwal sebuah pagoda yang runtuh, selama terjadi gempa tersebut. Gempa bumi Hanshin Awaji pada tahun 1995, misalnya, telah banyak meruntuhkan bangunan tinggi dan modern di Kobe. Namun, tidak satu pun dari 13 pagoda bertingkat tiga di sekitar provinsi Hyogo yang rusak. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Pertama, materi yang digunakan. Setiap bab struktur dari pagoda tersebut, terbuat dari kayu. Apabila kayu tersebut mengalami gaya, maka ia akan melengkung atau memilin, sehingga tidak gampang patah. Dan saat gaya itu hilang, kayu akan kembali ke bentuk semula. Karena sifat kayu yang fleksibel, gaya yang diakibatkan oleh gempa sanggup diserap dengan baik. Secara struktural untuk mengimbangi sifat kayu yang fIeksibel kayu dikunci bersama sama, hampir tidak memakai paku sama sekali, dengan cara memasukkan bab ujung yang dipahat lebih tipis dan sempit ke dalam lubang. Jadi, apabila permukaan tanah mulai bergoyang, maka permukaan kayu di dalam sambungan tersebut akan terpilin dan saling bergesekan. Hal ini bisa mencegah gaya gempa, supaya tidak tersalur ke bab atas menara. Ada sekitar seribu sambungan pin yang besar di dalam pagoda yang mengakibatkan struktur menjadi flexible.

Pada dasamya, pagoda tersebut yaitu sejumlah struktur, menyerupai kotak yang ditempatkan di atas kotak lainnya, menyerupai jubako (kotak kayu untuk menyimpan masakan dimana kotak ini sanggup ditumpuk satu di atas yang lainnya, dengan mencocokan bab bawah dati salah satu kotak dengan bibir kotak di bawahnya). "Kotak- kotak" ini semua, di¬kunci bersama- sama dengan sambungan pin. Kalau tanah bergoyang, masing-masing lapisan kotak akan bergoyang perla¬han dan akan terlepas dari yang lainnya.Setiap lapisan kotak, memperbolehkan sejumlah goyangan tertentu. Akan tetapi, apabila mereka bergoyang terlalu jauh dari pusat, maka akan jatuh. Pada zaman dahulu, seorang tukang kayu yang hebat dalam teknik konstruksi, sangat memperhatikan hal tersebut, saat gempa bumi yang sangat besar terjadi. Ia memperhati¬kan, bahwa saat lapisan kotak paling bawah bergoyang ke kiri, kotak di atasnya bergoyang ke kanan, kotak diatasnya lagi bergoyang ke kiri dan seterusnya.

Paling menarik, yaitu komponen struktur untuk mencegah akan terjadinya hal ini. Sebuah percobaan dengan memakai menara dari 5 buah mangkok yang berdiri terbalik di atas baki. Apabila   maka mangkok-mangkok akan jatuh. Akan tetapi, apabila dibentuk sebuah lubang pada bab bawah setiap mangkuk, kemudian dimasukkan  sumpit panjang melalui lubang tersebut serta menguncinya secara vertikal. Mangkuk- mangkuk ini akan menjadi sebuah menara yang kokoh dan tetap berdiri, walaupun baki tempat berdirinya mangkuk tersebut digoyangkan. Apabila salah satu mangkuk bergerak ke salah satu sisi maka mangkuk yang lainnya akan ditarik kembali oleh sumpit.

Apabila salah satu kotak mencoba bergeser ke pinggir, tiang yang kokoh akan mengembalikannya ke tengah. Selama gempa bumi terjadi, tiang di tengah akan bergoyang sedikit, menyerupai pendulum terbalik, melawan gaya gempa. Semua faktor untuk kestabilan ini, fIeksibilitas, sambungan pin, konstruksi se¬perti kotak berlapis, kemampuan bergoyang dan keamanan grendel kunci vertikal digabungkan dalam sebuah struktur yang menyerupai dengan sebuah pohon willow dalam goyangan dan daya tahannya terhadap gempa bumi.

Jenis struktur yang mengagumkan dan dibangun dengan logis ini, telah ada di Jepang selama lebih dari seribu tahun. Pagoda tersebut, memang didesain sesuai dengan kondisi Jepang yang sering mengalami gempa bumi. Konsep desain struktur dari benua Asia yang mungkin digabungkan dengan metode konstruksi tiang yang dipakai di bangunan Jepang semenjak zaman kuno, misal¬nya penggalian di kawasan Sinnai Maruya¬ma di Propinsi Aomori menampakkan bahwa enam buah tiang kayu yang besar dipakai untuk menyangga bangunan.

Strategi struktural yang ditemukan pada pagoda di Jepang, terlihat pula pada beberapa bangunan tinggi yang ada sekarang. Bangunan kerikil yang lebih tua, dibentuk kokoh dan keras supaya sanggup menahan gempa, menyerupai sebuah pohon ek. Bangunan gres didesain untuk menjadi fleksibeL bergoyang secukupnya untuk meniadakan gaya gempa, menyerupai sebatang pohon pillow, juga menyerupai pagoda di Jepang. Berlapis- lapis karet yang berat diletakkan di bawah pondasi. Mekanisme pengatur dengan desain rangka yang saling mengunci dipakai pada tiang, balok, dinding dan komponen struktur lainnya. Tangki air setengah penuh diletakkan di atap, sehingga air yang bergerak selama gempa sanggup menetralkan gaya gempa.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar

Posting Komentar