Tulisan ini terinspirasi dari teman- sobat aku lulusan sipil yang telah diterima di perusahaan oil dan gas, menyerupai : Chevron, Pertamina, dan Szclumberger. Bagi para Civil Engineer yang terbiasa terlibat dalam proyek gedung, jembatan, dan jalan mungkin akan bertanya : “Apa yang sanggup dikerjakan oleh lulusan teknik sipil di industri oil and gas, yang sesuai bidang ilmunya ?”.

Hampir setiap acara di sektor industri oil dan gas memerlukan sarjana lulusan teknik sipil. Semua acara tersebut memerlukan kemudahan ruang, kemudahan ruang inilah yang menjadi kiprah lulusan teknik sipil untuk menyediakannya, baik bekerja sebagai perancang (konsultan), pelaksana (kontraktor) ataupun pengawas pelaksanaan (konsultan pengawas).

Di sektor industri oil and gas, khususnya perusahaan – perusahaan yang dikenal sebagai owner (pertamina dan kontraktor production sharing), lulusan teknik sipil paling banyak kita temukan berkarir pada dua departemen yaitu Facility Engineering Department serta Supply Chain Management Department.
Apa itu…? Nah, berikut penjelasannya…..

Facility Engineering Department

Garis besar kiprah dari facility engineering ialah menyiapkan semua kemudahan yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan aktifitas produksinya, mulai dari sumur gas / minyak hingga minyak / gas tersebut siap untuk diexport. Fasilitas tersebut berupa pipa penyalur gas / minyak (flow line, trunk line serta pipe line), pabrik pengolahan minyak/gas (plant), pelabuhan (port), jalan (acces road), termasuk didalamnya kemudahan pendukung yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjalankan semua aktifitas tersebut berupa camp perumahan, mess hall, sport hall serta kemudahan lainnya.

Item – item pendukung tersebut (pondasi, pelabuhan dll) merupakan pekerjaan yang harus ditangani oleh sarjana lulusan teknik sipil mulai dari perancangan, konstruksi serta pengawas pelaksanaan. Di sini, seorang civil engineer harus sanggup bekerja sama dengan disiplin Engineer lainnya, alasannya hasil rancangan yang dihasilkan merupakan satu kesatuan. Apabila salah satu pekerjaan dari satu disiplin Engineer keliru atau salah maka akan menimbulkan disiplin Engineer lainnya akan salah pula. Sehingga kemudahan tersebut tidak sanggup dipakai untuk produksi, contohnya : 
  • Satu vessel berupa separator, equipment ini dirancang oleh mechanical Engineer dan akan di install diatas pondasi yang dirancang oleh civil engineer, apabila tidak ada koordinasi yang baik diantara keduanya tentunya equipment tersebut tidak sanggup terinstall dengan baik.

    • Untuk kemudahan plant (onshore / didarat) , disana terdapat banyak equipment berupa mesin baik pompa, compressor dll, serta vessel dan system perpipaan, semua equipment tersebut memerlukan pondasi sebagai dudukan, shelter sebagai pelindung, rak pipa serta kemudahan platform untuk mendukung pekerjaan operasional serta maintenance atau perawatan.
      Ada benarnya, selama kuliah di jurusan teknik sipil, dosennya lebih banyak memberi teladan aplikasi bangunan- bangunan publik, contohnya high-rise building, jembatan, bendungan, pelabuhan umum serta bangunan publik lainnya. Hal ini berdampak sehingga para lulusanya hampir tidak pernah berpikir untuk bekerja di industri oil and gas. Mereka eksklusif tertuju pada perusahaan – perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa konstruksi publik menyerupai PT. Hutama Karya, Adhi Karya, Wika, Jaya Konstruksi, Pembangunan Perumahan. dll.

      Padahal… Banyak juga loh perusahaan kontraktor yang bergerak di sektor industri oil and gas, contohnya : PT. Inti Karya Persada Teknik, PT. Kelsri, PT, Kellog Brown & Root, serta Technip terasa abnormal bagi fresh graduate lulusan teknik sipil.

      Penulis berharap, goresan pena ini sanggup membuka wawasan mahasiswa teknik sipil, sehingga ke depannya : orientasi mencari pekerjaan tidak terbatas hanya pada konsultan atau kontraktor bangunan public, tetapi mulai melirik ke konsultan serta kontraktor bahkan owner di dunia industri oil & gas, sehingga semenjak dini mempersiapkan diri kesana. Penting untuk diketahui bahwa rate salary yang diberikan perusahaan di dunia industri oil & gas lebih layak dibandingkan dengan perusahaan di sektor public (dengar- dengar awal kerja aja gajinya udah nyampe 10 digit. Hehehehhehehe...) Tapi itu honor yang setimpal, ketika kita ditugaskan di lepas pantai hingga berbulan- bulan... Wah, sanggup jamuran juga yaa...



      Apa yang harus disiapkan untuk menjadi Engineer di sektor industri oil & gas?
      Apa bedanya dengan menjadi Civil Engineer di sector public ?

      Sektor industri oil and gas di Indonesia masih banyak diramaikan oleh perusahaan – perusahaan asing, baik sebagai owner maupun konstruktor (perusahaan EPC, Engineering Procurement & Construction), sehingga spesifikasi pekerjaan yang disyaratkan merujuk ke negara-negara pemegang saham dari perusahaan tersebut, contohnya Amerika. Perencanaan beton merujuk ke ACI-318 (American Concreate Institute), struktur baja merujuk ke AISC (American Institute of Steel Construction), peraturan pembebanan merujuk ke ASCE 7 (American Society of Civil Engineers) dan peraturan-peraturan lainnya menyerupai ANSY dan API.

      Untuk itu para mahasiswa yang tertarik, maka sebaiknya akan membiasakan diri dengan peraturan-peraturan tersebut, sehingga tidak abnormal lagi ketika bekerja. Terimakasih ya buat Pak Wir atas sharing pengalaman dan ilmunya… Berikut aku tunjukkan beberapa contoh Projects Offshore kiriman dari sobat aku :










      Naah, tertangkap lembap kaan... Kalo jasa Civil Engineer sangat diharapkan untuk membangun itu semua.
      Read More
      Beban kendaraan kelas berat yang sering melewati dan berhenti di Pendekat Utara Simpang Jalan Wonosari, Ring Road Timur menyebabkan kerusakan pada jalan aspal, menyerupai lendutan, retakan, dan jalan aspal yang mengelupas. Kasus tersebut harus segera diatasi untuk mencegah kerusakan yang diperkirakan akan semakin parah. Lokasi yang dimaksud ditunjukkan pada Gambar 1.


      Gambar 1. Lokasi Jalan Beton yang akan Direncanakan

      Berikut ini yakni keadaan jalan yang mengalami kerusakan :

      Gambar 2. Ruas Jalan yang Dilalui Kendaraan Berat
      Gambar 3. Jalan Aspal yang Tergerus alasannya yakni Gesekan Rem

      Gambar 4. Jalan Aspal yang Mulai Terkelupas

      Gambar 5. Jalan Aspal yang Retak dan Terkelupas

      Metode perencanaan yang pertama dilakukan yakni dengan menganalisis panjang dan lebar jalan aspal yang akan direncanakan menjadi jalan beton, kemudian mensurvei jumlah kendaraan yang melewati  jalan tersebut, terutama untuk kendaraan kelas berat dengan bobot melebihi lima ton, menyerupai : Truk 3 as, kontainer, dan truk gandeng. Berikut yakni Tabel data kemudian lintas yang telah didapatkan :

      Waktu

      Jenis Kendaraan

      LV
      MV
      MC

      Mobil

      Pick Up

      Truk Kecil

      Bus

      Truk 2 as

      Truk 3 as

      Sepeda Motor

      4 jam

      490

      171

      218

      158

      140

      101

      1496

      VJP
      123
      43
      55
      40
      47
      26
      374
      Keterangan :
      VJP  (volume jam kendaraan), yaitu jumlah kemudian lintas yang direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam untuk perencanaan.

      Untuk rekapitulasi konfigurasi dan beban kendaraannya, sanggup dilihat pada Tabel di bawah ini :

      Jenis Kendaraan
      Konfigurasi dan Beban
      VJP
      LHR
      (VJP/ 15%)    
      Jumlah Sumbu
      Mobil Penumpang
      (1 + 1) ton   =   2 ton
      123
      820
      -
      Bus
      (3 + 5) ton   =   8 ton
      40
      267
      533
      Truk 2 as
      (2 + 4) ton   =   6 ton
      47
      313
      627
      truk 3 as
      (6 + 14) ton = 20 ton
      26
      173
      346




      Tahap Perencanaan :

      1. Data Teknis
             Data teknis jalan beton yang akan direncanakan yakni sebagai berikut :
             a.    Umur rencana                                               =  20 tahun   
             b.    Tebal Pondasi bawah (dengan kerikil pecah)    =  15 cm
             c.    Faktor  ukiran pondasi                               =  1,5 (batu pecah)
             d.    MR beton                                                     =  40 kg/ cm3
             e.    Fs BJTU 39                                                  =  3390 kg/ cm3
             f.    Pertumbuhan kemudian lintas                                   =  5% per tahun
             g.    Peranan Jalan                                                =  arteri
             h.    Koefisien distribusi jalur                                 =  0,7 (2 jalur 1 arah)

      2. Perencanaan Tebal Plat Beton

      1.    Menghitung Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) selama umur planning (20 tahun).
      JKN      = 365 x JKNH x R
      JKNH   = jumlah bus + jumlah truk 2 as + jumlah truk 3 as
                   = 267 + 313 + 173
                   = 753 kendaraan


      Sehingga diperoleh
      JKN   = 365 x JKNH x R
                = 365 x 753 x 33,06  
                = 9.092.035 kendaraan

      2.      Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) dan Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN) selama umur planning (20 tahun).
      JSKN   JSKN =  365 x JSKNH x R
      JSK      JSKNH    =  sumbu  bus + sumbu truk 2 as + sumbu truk 3 as
                                    =  533 + 627 + 347 =  1507
      SehinSehingga diperoleh
      JSKN   JSKN  =  365 x JSKNH x R
                              =  365 x 1507x 33,06
                              =  18.184.071 kendaraan

      3.      Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi yang akan terjadi selama umur planning (20 tahun). Perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 5.3.
      Tabel Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama Umur Rencana (20 Tahun).
      Konfigurasi Sumbu
      Volume
      Beban Sumbu (ton)
      % Konfigurasi sumbu*
      Jumlah Repetisi**
      STRT (truk 2 as)
      313
      2
      3,11 %
      19,85 x 104
      STRT (bus)
      267
      3
      2,65 %
      16,89 x 104
      STRG (truk 2 as)
      313
      4
      3,11 %
      19,85 x 104
      STRG (bus)
      267
      5
      2,65 %
      16,89 x 104
      STRT (truk 3 as)
      173
      6
      1,46 %
      9,29 x 104
      STRG (truk 3 as)
      173
      14
      1,46 %
      9,29 x 104
        
      4.      Perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan dalam Tabel 5.4 dan 5.5.

      3. Perencanaan Tulangan
          A. Tulangan Melintang

      Maka digunakan 2 tulangan → 2D10 – 500 mm.
      Karena menurut peraturan penulangan untuk arah melintang harus berjarak 300 ± 50 mm, maka digunakan 2D10- 250 mm.


      B. Tulangan Memanjang













      Maka penggunaan tulangan memanjang yakni 7D12 – 150 mm.
      Gambar penulangan tiap segmen diunjukkan pada Gambar di bawah ini.


      Gambar 8. Perencanaan Tulangan Setiap Segmen
      Rencana pembetonan setiap segmen ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

       Gambar 9. Rencana Pembetonan Setiap Segmen

      Dari hitungan yang telah dilakukan diperoleh lapisan perkerasan beton dengan tebal 150 mm dan penulangan arah melintang sebesar D10 – 250 mm serta penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 – 150 mm. Berikut ini ilustrasi Jalan Aspal sebelum dan sehabis dirubah menjadi Jalan Beton.

      Gambar 10. Jalan Aspal di Ring Road Timur sebelum diubah menjadi Jalan Beton

       Gambar 11. Jalan Aspal di Ring Road Timur sehabis diubah menjadi Jalan Beton

      Untuk mendownload Perencanaan Jalan Beton ini, yang berisi hitungan lengkap dan laporannya silahkan klik disini. Untuk perhitungan otomatis dengan Spread Excell sanggup didownload disini . Dan untuk presentasinya, silahkan download disini. Eeitts...!! Semuanya GRATISSS lohh... Wah, baik amaat yaaa... Coba deh, minta sama Perencana Struktur yang lain, biasanya sih ga dikasih, alasannya : "Maaf, ini diam-diam dapur perusahaan". hahahahahahahaha...

      Semoga Bermanfaat....



      ----------------
      NB :
      Jika ingin mencopy Artikel ini, mohon cantumkan juga sumbernya. Kami menghargai Anda, sebagaimana Anda juga menghargai Kami. Terima kasih
      Muhammad Miftakhur Riza

      Read More
      Struktur kayu khususnya bambu memang sanggup dibilang kalah terkenal dibanding struktur baja atau struktur beton, sehingga ketika kita melihat bangunan dengan struktur kayu atau bambu rasanya jadi takjub sendiri. Naah, itulah yang aku alami ketika diundang rapat di salah satu Rumah Makan unik di Yogyakarta oleh Om Irawan dan Tante Teri, Dosen UGM dan Owner dari bimbingan berguru inggris anak “Happy Honey Bee”.

      Banyak temen- temen aku yang bilang… “Ih…, kau tuh temennya kok Tante dan Om- om sih…” Hahahahaha… Ya yang namanya bergaul kan boleh dengan siapa sajaa, lagipula justru aku banyak berguru dari orang- orang dewasa. Betuuul…?
      :D

      Mungkin hanya beberapa orang di Indonesia ini saja yang sanggup membanggakan struktur kayu rancangannya. Itu saja dikarenakan arsiteknya memang menginginkannya Ketidak-populeran struktur kayu, ternyata tidak hanya terjadi di dunia praktisi (proyek lapangan). Kalaupun ada, maka umumnya struktur kayu tersebut hanya dijumpai pada pembuatan  bangunan non-permanen. Maklum konstruksi kayu khan hanya mengandalkan kayu hasil tebangan hutan, apa adanya. Kayu yang baik mahal harganya sehingga sudah kalah hemat dengan baja ringan.

      Padahal di luar sana, di Kanada, Swedia, Jepang, Cina, dan Amerika Selatan, konstruksi kayu dan bambu berkembang pesat menuju kurun yang belum pernah ada di negeri ini. Kita ini sangat tertinggal. Kaprikornus kalau melihat negeri ini, yang struktur kayunya kembang kempis, hanya berkembang pada taraf finishing untuk memenuhi kebutuhan arsitek saja. Padahal kayu dan bambu mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan material lain. Tabel berikut ini menunjukkan besar lengan berkuasa mekanik materi material konstruksi :  

      Tabel Perbandingan Kuat Mekanik Beberapa Bahan Material Konstruksi

      Material Berat Jenis (BJ) Modulus Elastis Kuat (MPa) Rasio Kuat  /BJ (1E+6 * 1/mm)
      (kg/m3) (MPa) Leleh Ultimate
      Serat karbon 1760 150,305 - 5,650 321
      Baja A 36 7850 200,000 250 400 – 550 5.1 – 7.0
      Baja A 992 7850 200,000 345 450 5.7
      Aluminum 2723 68,947 180 200 7.3
      Besi cor 7000 190,000 - 200 2.8
      Bambu 400 18,575 - 60* 15
      Kayu 640 11,000 - 40* 6.25
      Beton 2200 21,000 – 33,000 - 20 – 50 0.9 – 2
      Coba perhatikan Tabel di atas. Tabel tersebut aku ambil dari makalahnya Pak Wiryanto Dewobroto di Gran Melia. Perhatikan rasio besar lengan berkuasa dibanding berat volumenya.  Paling tidak efisien yakni beton, sedangkan kayu mempunyai efisiensi lebih tinggi dibanding baja. Itu menunjukkan pada berat yang sama maka kayu mempunyai kekuatan yang lebih baik. Kayu hanya sanggup dikalahkan oleh material bambu. Ini terperinci suatu potensi yang tidak sanggup diabaikan jikalau dipakai kayu sebagai material konstruksi.
      Berikut aku tunjukkan konstruksi bambu yang ada di lokasi :

      Gambar 1. Desain Tempat Parkir dengan Struktur Bambu

      Sekilas terlihat simple tapi pengerjaannya justru lebih ribet loh… Ini aku perlihatkan detail hubungan antara bambu dengan base plate sebagai dudukan pondasinya :
       
      Gambar 2. Detail Hubungan Antara Bambu Dengan Base Plate Sebagai Dudukan Pondasinya

      Gambar 3. Kuda- kuda Bambu yang Diletakkan di Kolom Beton

      Gambar 4. Hubungan Kuda- kuda Bambu dengan Kolom Beton

      Kurang terperinci ya… Ini aku tunjukkan detail sambungannya.
      Gambar 5. Detail Hubungan Kuda- kuda Bambu dengan Kolom Beton

      Untuk mengantisipasi lapuknya bambu dan sebagai sumbangan dari rayap, maka pondasi bawahnya tetap memakai beton begitu pula dengan balok pemikul untuk dudukan lantai. Berikut fotonya :
      Gambar 6. Detail Hubungan Pondasi ke Balok Pemikul Lantai Bambu
      Gambar 7. Balok- balok yang Didesain untuk Menahan Lantai Bambu
      Dan ini desain yang paling aku sukai, kawasan lesehan dengan pilar- pilar bambu yang dibentuk secara melingkar dan diikatkan ke gordingnya.
      Gambar 7. Desain Pilar- pilar Bambu yang dibentuk melingkar dan diikatkan ke Gording
      Gambar 8. Desain Pilar- pilar Bambu yang dibentuk melingkar dan diikatkan ke Gording

      Dan ini bentuk- bentuk rumah unik dari bambu yang telah jadi…





      Berbicara perihal kayu dan bambu, menurut Prof Morisco bambu unggul dari sisi penyiapan bahannya, dimana bambu relatif lebih cepat tumbuh dibanding pohon  kayu yang dipakai untuk material konstruksi.  Adapun kelemahan bambu yang relatif kecil dibanding pohon kayu, sanggup diatasi dengan dibuatnya laminasi (penggabungan dan penyambungan) balok bambu.
      Read More